“Belikan kapal
selam ya Pak, buat pertemuan.”
“Siap, Bu.”
“Yang di Pak
Raden aja, itu lho yang di jalan Surabaya deket rumah Dubes Rusia. Ntar
dianterin langsung ke tempat pertemuan di dekat kedutaan Australia.”
“Siap
laksanakan, Bu.”
Syahdan,
demikianlah salah satu pembicaraan yang disadap intelijen Australia dari ponsel
presiden RI pada tahun 2009. Mereka lalu mentranskrip hasil nguping itu:
“Indonesia is going to buy 20 super
submarine from Rusia. They will be stationed in Surabaya Navy Port, for quick
development to attack Australia.”
Intel
Aussie segera mmengirim informasi A#1 (very very secret) itu ke Markas Besar.
Menerima laporan tersebut, bos intelijen menerbitkan rekomendasi buat
Kementrian Pertahanan: “Agent
Recommendation to Australia Ministry of Defense: Tap the 1st lady’s phone as
well! She is the strategic military planner.”
Beberapa
hari kemudian Dephan Australia segera menggelar perkara dengan membentangkan
peta perairan Indonesia di seputar Pangkalan Laut Surabaya melalui layar
proyektor.
Namun
tak ada satu pun sinyal yang menunjukkan keberadaan atau pergerakan kapal selam
di teritorial Indonesia itu. Di-close up setiap
inci sampai sedetil-detilnyam, tetap saja 20 kapal selam dimaksud masih
misterius. Para pakar telik sandi dan Angkatan Laut Australia geregeten dibuatnya.
Di
puncak frustasi, mereka lalu memanggil seorang Profesor Indonesianist
berkebangsaan Australia untuk memberikan second
opinion. Setelah menyimak rekaman pembicaraan hasil sadapan, Sang Profesor
berkerut-kerut kening sejenak. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ia tertawa
ngakak. “Hua, ha ha haaa....”
“You find it, or what wrong with you!”
hardik komandan intel sambil mencengkeram kerah baju si profesor.
Sambil
tetap terkekeh, Pak Profesor berkata, “Kalian salah paham, goblok! Kapal selam
yang dimaksud adalah sejenis empek-empek, makanan khas Palembang, Sumatera
Selatan, Indonesia.”
Haha... Ini hanya gurauan soal penyadapan yang
sedang marak diperbincangkan akhir-akhir ini di negeri kita. Sebenarnya, penyadapan
itu wajar. Bukankah dari dulu memang kita sudah tahu kalau disadap. Yang tidak
wajar sebenarnya adalah ketika penyadapan itu ketahuan, apalagi sampai
dipublikasikan. Soal tindakan apa yang harus dilakukan para petitih itu, hanya
masalah keberanian. Karena sejatinya mereka sudah tahu.
Akhir Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar